Dunia Psikologi

GENGSINYA INOVASI

Written by Soci Smart Psychologi Institute on Senin, 18 Oktober 2010 at 21.35

Kriteria 5 Malcolm Baldrige Criteria For Performance Excellence (MBCFPE) point 5.1. Sistem Kerja menyebutkan bahwa untuk mencapai kinerja tinggi, manajemen harus mengorganisir dan me-manage kerja SDM yang ada dengan menggerakkan kerjasama, inisiatif dan inovasi. Sebegitu pentingnya inovasi bagi dinamisasi perusahaan.
Namun, tidak semua orang mampu berinovasi. Dan tidak semua orang yang mampu berinovasi berkenan atau malah kapok mengaktualisasikan inovasinya jika ia merasa bahwa inovasinya ternyata tidak dianggap ada. Belum lagi di saat kita ingin berkreasi, kita dianggap terlalu maju atau tak sesuai porsi. Cemoohan yang membuat inovasi menjadi terpasung. Karenanya sangat manusiawi jika manusia perlu dukungan untuk berinovasi.


Meski belum begitu populer, saat ini.. Inovasi mulai terasa akrab di telinga. Perusahaan telah memberi dukungannya berupa reward (penghargaan) atas inovasi dalam bentuk rupiah yang menggiurkan. Tapi, entah karena kurang sosialisasi, entah dikarenakan standard reward yang belum terukur, karyawan banyak yang nggak ngeh bentuk inovasi yang telah di-reward itu. Masalahkah ini ? Masalah manakala reward dimaksudkan untuk memacu motivasi karyawan agar ikut berinovasi dalam dunia kerja, agar inovasi tidak hanya tinggal sebutan tak berbekas dalam benak karyawan, esensinya tak sampai.
Baldrige (2004) mendefenisikan Inovasi sbb. : The term Innovation refers to making meaningful change to improve products, services, and/or processes and to create new value for stakeholders. (Inovasi berarti melakukan perubahan yang berarti bagi perkembangan produk, pelayanan dan/atau proses serta mampu menciptakan nilai baru bagi para stakeholder). Beberapa Stakeholder menurut dokumen aplikasi MBNQA PTPN III adalah : pelanggan, karyawan dan masyarakat sekitar.
Inovasi dimaksud tidak hanya harus berhubungan dengan inovasi teknologi, tetapi juga seluruh proses organisasi yang menguntungkan, baik melalui terobosan baru ataupun perubahan dalam pendekatan atau output, berupa produk baru, perubahan system ataupun proses produksi.
Selanjutnya, masih kata Baldrige (2004), proses inovasi melibatkan beberapa tahapan : pengembangan dan sharing pengetahuan, keputusan untuk implementasi, tahapan implementasi, evaluasi dan pembelajaran. Inovasi bukan lagi semata-mata milik departemen R&D, departemen yang dulu pernah ada di PTPN III yang salah satu fungsinya membidani kelahiran inovasi baru. Kini, siapapun karyawan PTPN III dapat bebas berinovasi bahkan digalakkan membuat terobosan untuk menghasilkan produk baru, perubahan system ataupun proses produksi sebagai buah kreativitas berfikir dan bertindak secara sistematis yang bermuara pada keuntungan perusahaan, meski sedikit.
Hanya saja, saat ini ‘media antara’ penyampaian inovasi belum jelas. Via Media Nusatiga? Tidak semua orang punya kemampuan menuangkan buah pikirannya dalam bahasa yang mengalir untuk difahami pembaca. Implementasi langsung atas dukungan yang belum jelas, mana mungkin. Ajang kompetisi? Dulu pernah ada. Sebutannya Konvensi GKM (Gugus Kendali Mutu) yang pernah sempat booming di PTP III. Tapi saat ini sebutan itu hilang seiring berjalannya waktu. Pelatihan yang berbau GKM yang dulu selalu dilaksanakan, kini juga kabur. Padahal alur proses dalam GKM nyaris menjiwai alur proses kelahiran inovasi sebagaimana kriteria Baldrige di atas.
GKM adalah sekelompok karyawan yang secara proaktif membahas dan memecahkan masalah-masalah dalam pekerjaan dan lingkungannya dengan tujuan meningkatkan mutu usaha. GKM mencerminkan nilai kerjasama, proaktif dan inovasi sekaligus yang merupakan bagian dari tata nilai (values) PTPN III.
Proses pemecahan masalah dalam GKM melibatkan delapan langkah dan tujuh alat (DELTA) dengan menggunakan daur PDCA (Plan Do Check Action). Tujuh alat terdiri dari : Stratifikasi, Check Sheet, Grafik, Diagram Pareto, Histogram, Fish Bone Diagram dan Scatter Diagram. Langkah pokok dalam delapan langkah meliputi : identifikasi masalah, analisa data dengan 5 dari 7 alat, analisa sebab dengan diagram tulang ikan dan scatter diagram, memeriksa hasil dan standardisasi.
Inovasi-inovasi yang muncul dari proses tersebut dikompetisikan antar kelompok antar unit dalam event Konvensi GKM melalui presentasi yang disajikan dengan menarik sesuai kreativitas masing-masing kelompok. Floor dapat berinteraksi langsung dengan penyaji melalui proses tanya jawab. Penilai yang ahli di bidangnya dengan teknik interview dan observasi langsung terus menilai hingga didapat kesimpulan akhir tentang siapa yang berhak memenangkan Konvensi tersebut. Pemenang disamping diberikan hadiah, selanjutnya dikirim mewakili perusahaan untuk event yang lebih tinggi levelnya. Mengikuti proses penilaian dalam Konvensi tersebut menarik dan floor pun berkesempatan merambah lebih jauh serba-serbi yang ada di unit.
Dengan adanya kompetisi ini, tanpa terasa inovasi melekat dan membudaya dalam dunia kerja dan menjadi kebutuhan serta bagian dari kegiatan kerja sehari-hari, karena haus untuk berinovasi dan berinovasi lagi. Minimalnya dengan kompetisi melalui event seperti konvensi GKM, dasar pemberian reward menjadi lebih terukur dan yang pasti lebih berarti.
Konvensi GKM adalah bagian dari masa lalu yang mungkin bisa dijadikan sebagai salah satu solusi. Event-event lain yang berbeda tanpa menghilangkan esensi yang dimaksud mungkin bisa dijadikan alternatif pilihan sebagai media penggalak inovasi. Inovasi produk baru dengan feasibility study yang butuh basic pengetahuan yang lebih luas dan biaya yang lebih besar juga perlu media. Tinggal keseriusan manajemen dalam me-managenya agar cikal-cikal inovasi tidak habis terkubur oleh waktu seperti halnya Konvensi GKM yang dulu pernah ada.
Akhirnya, setelah semua pembahasan di atas, Penulis coba simpulkan bahwa dengan penghargaan melalui ajang kompetisi yang sehat atau event-event alternatif lainnya diharapkan akan memotivasi karyawan untuk berlomba berinovasi. Berlomba untuk gengsinya sang Inovasi yang identik dengan kualitas karyawan atau unit pemenangnya. Berlomba untuk menyandang gelar Never Ending Innovator dengan lahirnya banyak inovasi dalam berbagai bidang menuju kondisi yang lebih baik dan lebih baik lagi.


(Telah dikirim dan dimuat dalam Media Nusa Tiga Edisi September 2005)

0 Responses to "GENGSINYA INOVASI"

Here We Are