Dunia Psikologi

STATISTIK, RUMITKAH?

Written by Soci Smart Psychologi Institute on Senin, 18 Oktober 2010 at 21.49

Dua kali sudah assessment dilaksanakan untuk mengetahui skor Baldrige sebagai gambaran posisi dalam persaingan bisnis. Dan.. hasilnya, ternyata masih sangat banyak yang perlu penataan kembali. Salah satu tuntutan MBCFPE (Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence) yang perlu dicermati adalah Management by fact, by data.
Tak terhindari bahwa saat ini, manajemen berbasis data sudah menjadi kebutuhan, bukan hanya sekedar tuntutan. Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisiran dan penggerakan), Actuating (implementasi operasional) dan Controlling (pengendalian) sebagai pilar manajemen tanpa dukungan perangkat data dan analisis serta evaluasinya akan menjadi kurang berkualitas dan tidak berdaya maksimal. Presentasi dalam meeting tanpa data dan hasil analisa yang akurat juga udah nggak zamannya lagi, alih-alih dianggap pepesan kosong lagi.



Bicara tentang analisa, berdasarkan jenis data, diklasifikasikan atas analisa kualitatif yang berbasis non angka (kalimat, simbol,dll) dan analisa kuantitatif yang berbasiskan kerja hitung menghitung angka. Untuk analisa kuantitatif yang sifatnya terapan biasanya dipakai Statistik.
Ya..di zaman yang serba management by fact, by data, peran Statistik menjadi penting. Tapi.. masih ada saja yang enggan kalo harus bersentuhan dengan Statistik, harus berhubungan dengan angka dan hitung-hitungan yang (katenye) ujung-ujungnya rumit. Rumitkah Statistik..?. Yuk sedikit bereksplorasi tentang serba-serbi statistik.
Di keseharian kerja, bidang apapun itu, biasanya angka tak pernah absen. Angka-angka tersebut dapat menjadi data yang bermakna, komunikatif dan informatif secara akurat sesuai tujuannya melalui pengolahan data, sebutlah di-statistikkan, secara benar dan tepat. Benar dan tepat dalam sampling, benar dan tepat dalam instrumen pengambilan data, benar dan tepat dalam pengendalian variabel-variabel terkait serta dalam pemilihan teknik statistik yang seyogianya relevan dengan tujuan analisa.
Beberapa tujuan sekaligus peran analisa dalam dunia kerja yang teramati yang sering dikaitkan dengan fungsi statistik dapat digambarkan sbb. :
1. Untuk membuktikan hipotesis dan mendapatkan kesimpulan atau mendukung keputusan yang cermat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, seperti : analisa hubungan antar variabel dengan analisa regresi, analisa perbedaan variabel dengan analisa varians, perhitungan index, koefisien dan lain-lain.
2. Sebagai alat komunikasi yang menggunakan angka sebagai mediumnya untuk menggambarkan kondisi tertentu, seperti: tabel, grafik, dll.
3. Sebagai tools untuk memprediksikan (forecasting) kondisi ke depan dan dasar planning seperti trend analysis, dll.
4. Untuk pengendalian operasional, seperti SPC (Statistical Process Control) dan Run Chart yang dapat secara rutin dilaksanakan di pabrik
5. Untuk menguji validitas dan reliabilitas alat ukur, misal : validitas & reliabilitas angket pengukur motivasi dan kepuasan karyawan, angket pengukur ketidakkepuasan konsumen, dll.

Setelah mengetahui untuk alasan apa analisis statistik dilaksanakan, diperlukan penentuan data (variabel) terkait. Sebagai pengolah angka, statistik hanya dapat menerima angka-angka sebagai data input dan menghasilkan output olahan data yang juga berupa angka. Data tersebut tidak hanya harus bersumber dari pengukuran dan pengamatan sesuatu yang sifatnya nyata (eksakta), seperti jumlah produksi dalam satuan ton, DRC (Dry Rubber Content) latex dalam satuan persen, dll. Data yang diperoleh dari pengukuran subjek yang sifatnya sosial juga dapat diolah dengan statistik, misalnya sikap, motivasi, kepuasan, ketidakpuasan, dll. Tetapi untuk ini, pengguna harus tau dan dapat mengkonversikan gejala sosial yang diamati ke dalam bentuk angka (skala) yang disebut kuantifikasi (pengangkaan). Langkah dan kualitas kerja kuantifikasi ini sangat menentukan kualitas output yang dihasilkan. Bahkan jauh lebih menentukan daripada teknik statistiknya. Tidak ada artinya menggunakan teknik statistik yang canggih kalau data yang diolah tidak merupakan hasil kuantifikasi yang cermat, teliti dan hati-hati, serta representatif baik secara operasional maupun konseptual. Karena hal tersebut tidak akan membantu kejelasan representasi gejala yang diamati, sehingga kesimpulan menjadi useless, tak bermanfaat.
Setelah data yang diinginkan terdefenisi, dilaksanakan pemilihan instrumen pengambilan data ataupun perancangan instrumen baru. Tahap ini pun mengambil porsi besar untuk mendapatkan kesimpulan akhir yang signifikan. Untuk data yang bersifat eksakta (pasti) semisal produktivitas kerja ataupun % TSC (Total Solid Content), pemilihan instrumen dan proses pengambilan data lebih simple jika dibandingkan data gejala sosial. Untuk menggali data yang bersifat sosial, biasanya digunakan angket (kuisioner) yang bahasanya harus nyambung dengan Subjek yang diukur, bebas budaya, dan gejala sosial yang diamati ter-cover di dalam item-itemnya sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Dalam hal ini, persyaratan item-item angket yang valid dan reliabel merupakan keharusan yang tak dapat ditawar lagi.
Tahap berikutnya adalah pemilihan metode sampling jika kuantitas populasi tidak memungkinkan untuk diamati secara keseluruhan. Kemudian dilanjutkan dengan proses pengambilan data dari sampel. Saat pengambilan data ini, kadangkala dibutuhkan pengendalian variabel kontrol (jika ada).
Selesai sudah tahap pengumpulan data. Data yang telah terkumpul, selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis Deskriptif dan atau Inferensial. Kata dan atau memungkinkan pengguna memilih salah satu atawa dua teknik tersebut sekaligus sesuai tujuan yang dinyatakan di langkah awal.
Teknik Deskriptif merupakan teknik statistik yang memberikan informasi hanya mengenai data yang dimiliki. Statistik deskriptif hanya dipergunakan untuk menyajikan dan menganalisa data agar lebih bermakna dan komunikatif dan biasanya disertai perhitungan sederhana yang bersifat lebih memperjelas keadaan atau karakteristik data yang bersangkutan seperti frekwensi kumulatif, persentase kumulatif, skor tertinggi/terendah, rata–rata hitung dll. Teknik analisa statistik ini dapat digunakan untuk penyajian data jumlah produksi per tahun, tingkat absensi karyawan per bulan dan per kebun, jumlah penjualan per komoditi dan sebagainya yang disajikan dalam bentuk tertentu seperti tabel dan grafik (histogram, poligon dll) plus perhitungan sederhana lainnya yang bersifat informatif & komunikatif sehingga mudah dan cepat dipahami.
Sedangkan Statistik Inferensial (induktif) berkaitan dengan analisa data (sampel) untuk kemudian dilakukan penyimpulan (inferensi) yang digeneralisasikan kepada keseluruhan subjek tempat data itu diambil (populasi). Penyimpulan dapat berupa ada tidaknya hubungan antar berbagai data, adanya perbedaan atau persamaan, peramalan, batas atas/bawah, dll. Teknik statistik yang dapat digunakan antara lain : Uji hipotesis, Anava, Anareg dan Korelasi, trend analysis, SPC, dll.
Teknik analisa data statistik yang telah dipilih sesuai tujuan menawarkan rumus-rumus perhitungan yang tidak rumit dan tak sulit untuk diikuti. Hare gene..Statistik bukan lagi merupakan barang mewah yang sulit difahami. Untuk memahami statistik tidaklah dibutuhkan konsep-konsep yang abstrak dan ’njlimet asalkan kita mau membuka diri, minat, kemauan dan kesadaran bahwa pengetahuan statistik menjadi tuntutan untuk berbagai keperluan.
Apalagi saat ini perangkat komputer tak asing lagi tuk diaplikasikan. Untuk menggarap data-data angka dengan statistik, meski angka-angka itu relatif cukup besar jumlahnya, kita dapat memanfaatkan jasa komputer secara cepat dan akurat, misalnya penggunaan program SPSS, program Excell, dll. Jadi, kita tidak perlu lagi terjebak berjam-jam atau berhari-hari mengolah angka-angka secara manual dengan kalkulator walau kemampuan seperti itu juga masih diperlukan.
Analisa data statistik menghasilkan keluaran (output) berupa index, koefisien, persentase, batas atas/bawah, dan sebagainya yang dinyatakan representatif atau mewakili karakteristik perangkat angka masukannya. Tapi tentu target analisa statistik tidak berhenti hanya di output angka perolehan analisa data.
Agar output olahan statistik bermanfaat sesuai tujuan pengguna, diperlukan pengetahuan dan kemampuan membaca dan menginterpretasikan hasil. Untuk interpretasi ini diperlukan wawasan dan kemampuan membaca situasi kondisi kerja yang ada terkait permasalahan yang dianalisa. Jika memungkinkan, background pendidikan formal tentang permasalahan yang dianalisa akan sangat mendukung interpretasi yang lebih baik lagi. Dengan begitu, diharapkan feedback hasil analisa akan berdayaguna dan berdampak bagi kinerja berupa peningkatan mutu dan produktivitas kerja/produk.
Secara konseptual, uraian di atas tentang analisa kuantitatif dengan statistik kayaknya nggak rumit-rumit amat untuk dilakoni. Kita hanya berurusan dengan masalah–masalah pembuatan instrumen, sampling & pengumpulan data, penyajian, pemilihan teknik dan pelaksanaan analisa serta interpretasi output analisa.
Terlepas dari itu semua, di era digital ini, di era management by fact/data, rumit atau tidak rumit, fungsi statistik ini menjadi perlu dan bahkan penting saat analisa kuantitatif dibutuhkan, setidaknya agar penyajian data atau hasil analisa lebih bermakna, berkualitas, akurat dan yang pasti lebih prof...lah; apakah itu untuk tujuan planning, pengambilan keputusan, pengendalian operasional, forecasting (peramalan) ataupun estimasi, penghitungan index atau analisis lainnya.
Hanya saja untuk ini, diperlukan SDM yang siap untuk berubah, untuk tak bosan mengisi kompetensinya dan untuk tak enggan bergaul bahkan dengan hal-hal yang berbau ke-rumit-an. Apalagi saat ini merupakan saat dimana PTPN III menerapkan PTB dalam manajemennya. Kini, SDM tak hanya berfungsi administrasi sebagaimana dulu, tetapi sudah berfungsi strategis. SDM yang ada harus berupaya dan atau diupayakan untuk menjadi knowledge worker agar dapat mengantar perusahaan menuju knowledge company dengan kriteria kinerja ekselen.
Untuk itu, perusahaan sudah menyediakan se-abreg fasilitas. Yang namanya Pelatihan hingga kini terus berjalan. Tawaran informasi tanpa batas ruang dan waktu lewat Internet ada. Perpustakaan PTPN III juga tersedia (cuma kelengkapan dan kesesuaian koleksi referensinya perlu dilacak kali yaa..). Majalah gratiss. Di luar itu, toko buku pun menjamur dimana-mana. Tinggal budaya Iqro’ (membaca) dimanapun & kapanpun dan keinginan memberikan yang terbaik (excellence) bagi perusahaan yang perlu dihidupkan dan diabadikan untuk memungkinkan segala perubahan yang dirasa tidak mungkin agar tak muncul kata “Rumit” atau “Enggan” atau merasa terbebani dengan suatu hal yang baru.
Yuk ... Mulai dari sekarang atau tertinggal.... ?

Oleh : Ilmiah,S. Psi. (Bagian SDM)

0 Responses to "STATISTIK, RUMITKAH?"

Here We Are